'DUNIA MERKAYANGAN' ADALAH PROGRAM IN TERTAINT YANG BERTENDENSI SPIRITUAL UNTUK MENGANGKAT MITOS, LEGENDA ATAU CERITA MISTERI DARI SUATU DAERAH BERDASARKAN PENELUSURAN SECARA NYATA MAUPUN SECARA GAIB DENGAN TUJUAN UNTUK MELESTARIKAN BUDAYA BANGSA AGAR TETAP LESTARI DAN DIGEMARI OLEH GENERASI MUDA.
PROGRAM "DUNIA MERKAYANGAN" ADALAH BAGIAN DARI KEGIATAN YANG DILAKUKAN OLEH DEVISI PENGEMBANGAN POTENSI SENI DAN INDUSTRI KREATIF LEMBAGA ADAT TRAH KUNCI IMAN
LEMBAGA ADAT TRAH KUNCI IMAN ADALAH LEMBAGA ADAT YANG MEWADAHI TRAH YANG BERDOMISILI DI WILAYAH KUNINGAN, CIREBON, INDRAMAYU DAN MAJALENGKA SERTA KOTA MADYA CIREBON.
TRAH KUNCI IMAN SINGKATAN DARI T = TAMPAYAN JATI R = RUNDAYAN A = AMANAH H = HYANG CIPTARASA .....KUN = KUNINGAN, CI = CIREBON, I = INDRAMAYU, MAN = MAJALENGKA
LEBIH DARI ITU TRAH KUNCI IMAN BERTUJUAN UNTUK MENGHIDUPKAN KEMBALI BUDAYA MASA LAMPAU DARI CIREBON NAGARI
DUNIA MERKAYANGAN
DUNIA MERKAYANGAN
Senin, 13 April 2020
Selasa, 27 Mei 2014
Sejarah Mata Uang US
Sejarah Mata Uang US
OK... Masih ingat, bahwa currency ≠ money...?
Perhatikan gambar berikut ini...!!!
Inilah perbedaan mendasar antara “currency/mata uang” dengan “money/uang”...
Kertas dollar tersebut merupakan nota/surat klaim/sertifikat atas koin emas yang disimpan di Bank... “Mata uang” merupakan nota atas “uang” yang disimpan di Bank. Uang (emas) yang disimpan di Bank lah yang membuat Masyarakat percaya pada mata uang kertas, serta mau menggunakannya untuk transaksi jual beli...
Jika Bank tidak punya uang, maka Bank tidak bisa mencetak mata uang kertas. Tanpa koin emas yang disimpan di Bank, kertas sertifikat atas emas tidak ada artinya sama sekali, dan Masyarakat tidak akan mau menerimanya sebagai alat tukar...
MATA UANG KERTAS hanyalah kertas nota atas uang.... surat klaim atas uang... sertifikat atas uang... nota atas emas.... surat klaim atas emas... sertifikat atas emas... atau apalah istilahnya...
Sedangkan UANG YANG SESUNGGUHNYA adalah KOIN EMAS yang disimpan di Bank...
Paham atau bingung.... ??? :-)
OK... Sekarang kembali ke....
Pada tahun 1792, Alexander Hamilton, Sekretaris Perbendaharaan Negara US yang pertama dibawah kepresidenan George Washington menetapkan ukuran sistem keuangan standard emas, yaitu...
1 koin emas (berat 1 ounce) = $ 20
Jadi, jika Bank ingin menerbitkan mata uang senilai $20, maka harus mempunyai 1 koin emas seberat 1 ounce (1 ounce = 28,34 gr). Sehingga Bank tidak bisa seenaknya, mencetak mata uang tanpa uang... :-)
Jadi, nilai dollar terhadap emas adalah tetap. Atau bisa dikatakan bahwa harga emas adalah tetap, yaitu $20 per ounce. Karena dollar hanyalah ukuran nilai yang digunakan untuk mewakili nilai emas dalam melakukan transaksi. Jadi transaksi bukan dilakukan dalam ukuran berat emas, akan tetapi dalam ukuran dollar...
Sekarang, perhatikan gambar dibawah ini...!!!
Ini adalah mata uang kertas dollar tahun 1905, terbitan Bank US. Karena mata uang kertas merupakan surat klaim/sertifikat atas emas, maka bertuliskan...
“This certifies that there have been deposited in the treasury of the United States of America, twenty dollars in gold coin payable to the bearer on demand”.
“Dengan ini menyatakan bahwa telah disimpan di perbendaharan negara Amerika Serikat, dua puluh dolar dalam bentuk koin emas yang bisa diambil oleh pembawa –sertifikat ini- jika diminta.”
Hal itu menandakan bahwa setiap Bank US menerbitkan mata uang kertas senilai $20, maka di Bank pasti tersimpan 1 koin emas seberat 1 ounce. Dan siapapun yang membawa mata uang kertas $20 tersebut atau pecahan lain sejumlah $20, maka dia bisa menukarkannya dengan 1 koin emas di Bank US kapanpun dia mau.
Jika Bank mencetak mata uang/sertifikat atas emas tapi tidak mempunyai emas, maka itu adalah sertifikat palsu. Atau bisa juga disebut sebagai mata uang palsu... meskipun diterbitkan oleh Bank... Dan Masyarakat pun tidak akan mau melakukan transaksi dengan sertifikat palsu tersebut...
Bank manapun, baik swasta maupun milik Pemerintah boleh mencetak mata uang kertas sendiri dengan patokan nilai $20 = 1 koin emas. Sehingga ada dua jenis mata uang...
a. Mata uang negara (dicetak oleh Bank negara)
Biasanya bertuliskan negara yang bersangkutan & ditandatangani oleh pejabat negara/menteri keuangan.
Pajak hanya boleh dibayar menggunakan mata uang negara atau koin emas.
b. Mata uang Bank (dicetak oleh Bank swasta)
Bertuliskan Bank yang bersangkutan & ditandatangani oleh pejabat Bank tersebut.
Tidak bisa digunakan untuk membayar pajak.
Masyarakat boleh menolak pembayaran menggunakan mata uang Bank tertentu jika dia tidak mempercayai Bank yang menerbitkan mata uang kertas tersebut, atau karena letak Banknya yang terlalu jauh sehingga dia kesulitan untuk menukarkan mata uang kertas tersebut dengan emas ke Bank penerbitnya..., ingat dulu jarak masih jadi masalah brow... :-)
Jadi, dalam sistem keuangan standard emas tidak ada Bank Sentral yang memonopoli sistem keuangan... Karena Bank manapun bisa mencetak mata uang kertas jika mempunyai uang yang sesungguhnya....
THE FEDERAL RESERVE BANK
Pada tahun 1913, dengan dukungan politik & keuangan yang besar dari kartel Bankir internasional, Woodrow Wilson terpilih menjadi Presiden US yang ke 28. Dengan catatan, jika terpilih menjadi presiden maka dia setuju untuk menandatangani RUU pendirian Federal Reserve Bank sebagai Bank Sentral atas seluruh dukungan yang diberikan. Dan pada bulan Desember 1913 RUU tersebut sah menjadi UU Federal Reserve/ UU Bank Sentral.
Semenjak berdirinya The Federal Reserve inilah, penduduk US hidup dalam penipuan... dan akhirnya seluruh penduduk dunia saat ini hidup dalam sistem penipuan & perbudakan modern.... Karena sistem “keuangan standard emas” saat ini telah dihilangkan dan diganti dengan “sistem riba uang hutang perbankan” dengan satu Bank Sentral di tiap negara...
Jika anda ingin mengetahui sejarah berdirinya The Federal Reserve secara mendetail, anda bisa membaca “The Creature from Jeckyl Island” by Edward Griffin DISINI.
Tujuan dari pendirian Federal Reserve tersebut sebenarnya adalah untuk memonopoli sistem keuangan. Mereka ingin memonopoli sistem keuangan dengan cara mendirikan The Federal Reserve Bank sebagai Bank Sentral, yaitu satu2nya Bank yang mempunyai hak istimewa untuk mencetak mata uang kertas...
Sebagaimana telah anda ketahui, dalam sistem keuangan standar emas, maka Bank manapun boleh mencetak mata uang jika mereka mempunyai emas. Namun dengan UU Bank Sentral, maka akhirnya hanya akan ada satu Bank yang memiliki hak istimewa untuk mencetak mata uang kertas dalam suatu negara, yaitu Bank Sentral. Sedangkan Bank2 lain berada di bawah jaringan Bank Sentral ini...
Beberapa tahun kemudian, Woodrow Wilson mengungkapkan penyesalannya...
“Akulah orang yang paling tidak bahagia, tanpa disadari aku telah meruntuhkan negaraku. Sebuah negara industri yang besar sekarang dikendalikan oleh sistem utang. Kita bukan lagi Pemerintahan yang bebas pendapat, bukan lagi Pemerintahan dengan keputusan suara terbanyak, tapi Pemerintahan dengan pendapat dan paksaan dari kelompok kecil orang2 yang berkuasa.”( Woodrow Wilson, 1919 )
Anggota kongres Louis Mc Fadden pun, menyatakan bahwa...
“Sistem perbankan dunia sedang didirikan di sini... sebuah negara super dikendalikan oleh Bankir internasional... melangkah bersama untuk memperbudak dunia demi kepuasan mereka. The Federal Reserve telah mengambil alih Pemerintahan...”
Bagaimana tidak, karena setelah berdirinya The Federal Reserve Bank, yang kemudian biasa disebut The Fed, maka negara tidak punya hak untuk mencetak mata uang negara lagi. Hanya The Fed lah yang boleh mencetak mata uang, Dan jika Pemerintah US membutuhkan dana, maka harus berhutang kepada The Fed. Sehingga kebijakan US sebenarnya ada di tangan The Federal Reserve Bank...
Dan pada akhirnya The Fed berhasil memonopoli sistem keuangan di US dengan menjadi Bank Sentral nya US, dan Bank2 lain berada di bawah jaringan The Federal Reserve Bank. Meskipun namanya “Federal”, namun sebenarnya bukan milik Pemerintah Federal/ Federasi lho... :-)
Dalam perjalannya untuk memonopoli sistem keuangan, The Fed mulai memanipulasi Masyarakat untuk menghilangkan standar emas dari sistem keuangan secara bertahap. Sehingga mereka bisa mencetak mata uang sebanyak yang mereka mau tanpa memiliki emas...
Mereka secara bertahap mulai mengganti tulisan pada mata uang kertas yang mereka terbitkan. Meskipun mata uang masih bisa ditukar dengan emas, namun tulisannya sudah berubah menjadi “Nota Federal Reserve”, Bukan “Sertifikat atas emas” lagi...
Perhatikan mata uang dollar terbitan The Fed tahun 1914 ini...
Sekarang, mata uang US dollar bertuliskan...
“Federal Reserve Note. The United States Of America. Will Pay To The Bearer On Demand Twenty Dollars.”
“Nota Federal Reserve. Amerika Serikat. Akan Membayar Dua Puluh Dollar Kepada Pembawa –uang kertas ini- Jika Diminta.”
FRAUD I
The Fed mulai mencetak lebih banyak Nota Federal Reserve daripada emas yang dimiliki.... Inilah Fraud I yang dilakukan The Federal Reserve...
Lalu berdasarkan apakah The Fed mencetak dollar...?
Jika sebelumnya Bank harus mempunyai emas untuk membackup mata uang yang dicetaknya, maka The Fed tidak membutuhkan emas agar bisa mencetak mata uang. Berdasarkan UU Federal Reserve, untuk mencetak dollar hanyalah dibutuhkan surat pernyataan utang dari Pemerintah yang biasa disebut “BOND”...
Bond hanyalah surat pernyataan utang yang ditulis oleh Pemerintah, lalu diserahkan kepada The Fed. Setelah itu giliran The Fed mencetak kertas dollar sebanyak yang diminta oleh Pemerintah dalam Bond tersebut, lalu menghutangkannya kepada Pemerintah, tanpa mempedulikan emas yang dimiliki..... Enak Kan... :-)
Di Indonesia, “Bond” biasa diterjemahkan sebagai Surat Utang Negara (SUN)... Namun ada beberapa ahli sejarah sistem keuangan yang mengatakan bahwa BOND berasal dari kata BONDAGE = PERBUDAKAN.... Nah Lho.... !!!
Sejak saat itulah terjadi perubahan secara mendasar pada proses penciptaan mata uang.... Dari sistem keuangan standar emas menjadi sistem uang hutang...
Dari UANG = EMAS , menjadi UANG = HUTANG
Selamat datang dalam sistem perbudakan modern...!!!
Sistem “uang = hutang” ini sangat menguntungkan The Fed/Bankir serta Pemerintah/Politisi yang menjabat... Namun sangat merugikan Rakyat, karena...
1. The Fed sebagai Bank Sentral bisa mencetak mata uang kertas tanpa batas.
2. Pemerintah/Politisi jika membutuhkan dana, tinggal membuat surat utang lalu memberikannya kepada Bank Sentral. Lalu Bank Sentral akan mencetak mata uang untuk dihutangkan kepada Pemerintah.
3. Hutang Pemerintah kepada Bank Sentral adalah hutang nasional yang akan dibebankan kepada Rakyat. Yang pada gilirannya harus dibayar oleh Rakyat lewat pajak dalam beberapa tahun ke depan, termasuk Rakyat yang belum lahir.
“Dengan cara seperti ini, Pemerintah bisa secara diam2 dan tak terlihat merampas kekayaan Rakyat, dan tak seorangpun dari sejuta yang akan mengetahui pencurian tersebut.”( John Maynard Keynes )
Pada mata uang dollar terbitan tahun 1929, Federal Reserve Chicago menyatakan hal tersebut dengan jelas. Bahwa yang mereka cetak bukanlah sertifikat emas lagi, akan tetapi curreny/mata uang yang dijamin dengan BOND/ surat utang...
Jadi mata uang bukanlah “sertifikat atas emas lagi”, akan tetapi “sertifikat atas surat utang”... Jadi bukan kertas dijamin dengan emas, akan tetapi kertas dijamin dengan kertas...
Karena sebenarnya yang akan membayar hutang nasional kepada Bank Sentral adalah Rakyat lewat pajak, maka sebenarnya yang menjadi jaminan dari surat utang tersebut adalah Rakyat...
Ya... Rakyat...!!! Jaminan bagi Bank Sentral untuk ngeprint mata uang dan memberikannya dalam bentuk hutang kepada Pemerintah adalah “pajak yang akan ditarik dari Rakyat guna membayar utang + bunga selama beberapa tahun ke depan”...
Perhatikan tulisan yang tertera pada mata uang US dollar terbitan Federal Reserve Chicago 1929 berikut ini...
Disitu dengan jelas tertulis...
“NATIONAL CURRENCY. Secured by united states bonds deposited with the treasurer of the United States of America or by like deposit of other securities. Will pay to the bearer ond demand twenty dollars.”
“MATA UANG NASIONAL. Dijamin dengan surat utang negara yang disimpan dengan bendahara negara Amerika Serikat atau dengan penyimpanan surat berharga lainnya. Akan membayar kepada pembawa -uang kertas ini- dua puluh dollar jika diminta.”
Ingat, sebelumnya “currency” adalah “gold certificate”. Jadi, jika Bank Sentral mencetak mata uang maka benar2 memiliki nilai yang mendukungnya, yaitu emas... Cukup fair... :-)
Tapi sekarang, “currency” adalah “bond certificate”, jadi jika ada bond/ surat permintaan utang dari Pemerintah, maka Bank Sentral akan mencetak mata uang sejumlah yang diminta Pemerintah... Jadi tidak ada nilai yang mendukungnya sama sekali, dan pada dasarnya tidak ada batasan lagi bagi Bank Sentral untuk mencetak mata uang...
FRAUD II
Antara tahun 1914 - 1919 The Fed meningkatkan jumlah uang beredar hampir dua kali lipat, dengan memberikan pinjaman lunak yang besar kepada Bank2 kecil dan Masyarakat. Lalu di tahun 1920 The Fed menarik sebagian besar uang yang beredar. Sehingga menyebabkan beberapa Bank yang mempunyai pinjaman dalam jumlah besar, mengalami kebangkrutan. Ribuan Bank pesaing diluar jaringan Federal Reserve runtuh....
Berkenaan dengan hal ini, pada tahun 1921 anggota kongres Charles Lindbergh mengungkapkan bahwa...
“Dengan UU Federal Reserve, kepanikan bisa dibuat, Kepanikan saat ini adalah kepanikan buatan yang pertama, bekerja berdasarkan persamaan matematis.”
Dan ternyata memang benar, kepanikan di tahun 1921 hanyalah permulaan.... Antara tahun 1921 – 1929 The Fed menaikkan lagi jumlah uang beredar, dan sekali lagi dengan memberikan pinjaman lunak kepada Masyarakat dan Bank. Dan ada pinjaman jenis baru yang disebut "margin loan" di pasar saham. Margin loan memberikan kemudahan kepada investor hanya dengan membayar 10% dari harga saham, dan 90% sisanya dipinjam dari broker. Dengan kata lain seseorang bisa memiliki saham senilai $1.000 dengan hanya membayar $100.
Metode ini sangat populer di tahun 1920an, karena semua orang mendapatkan uang di pasaran. Namun ada peraturan dari pinjaman ini, pinjaman ini bisa ditarik kapanpun dan harus dibayarkan dalam waktu 24 jam. Dan ini disebut "margin call", dan biasanya margin call menyebabkan penjualan saham yang tadinya dibeli dengan margin loan.
Maka hal ini menyebabkan runtuhnya pasar saham pada bulan Oktober 1929, dan memicu kebangkrutan Bank secara masal. Sekitar 4.000 Bank di luar jaringan The Fed mengalami keruntuhan. Hal ini memungkinkan kelompok Bankir internasional untuk membeli Bank2 pesaing dengan harga murah, dan juga membeli seluruh perusahaan dengan harga sangat murah. Sehingga terjadilah monopoli dari kelompok kecil Bankir internasional...
Tapi The Fed tidak hanya berhenti disitu, bukannya meningkatkan jumlah uang yang beredar untuk menghindarkan keruntuhan ekonomi, The Fed justru mengurangi jumlah uang yang beredar, sehingga menyebabkan terjadinya “great depression” di US... depresi terbesar sepanjang sejarah US...
Oleh karena itulah, kekuasaan untuk mengatur jumlah uang yang beredar merupakan kekuatan untuk mengatur nilai uang. Yang berarti juga kekuatan untuk membuat seluruh ekonomi & Masyarakat bertekuk lutut....
“Beri aku kekuasaan untuk mengatur jumlah uang dalam suatu negara, maka aku tak peduli siapa yang membuat UU di negara itu.”
(Mayer Amscheld Rotschild, Dinasty Bankir Rotschild)
Lalu, dengan dalih untuk menyelesaikan depresi ekonomi yang terjadi saat itu, pada 5 April 1933, keluarlah executive order 6102 dari Presiden F. D. Rosevelt yang melarang penduduk US untuk menyimpan emas dalam bentuk sertifikat, koin, dan batangan....
Sebelum tanggal 1 Mei 1933, maka seluruh penduduk US harus menyerahkan sertifikat emas, koin emas, dan emas batangan yang mereka miliki kepada The Fed atau agennya untuk ditukar dengan kertas yang bertuliskan “nota federal reserve” dengan nilai 1 ounce = $20.
Dan jika setelah 1 Mei 1933 masih ada yang menyimpannya, maka akan dianggap sebagai tindakan kriminal. Dan jika ketahuan maka akan didenda $10.000 atau penjara 10 tahun. Di bawah ancaman seperti inilah, maka seluruh penduduk US menyerahkan sertifikat emas, koin emas, & emas batangan yang mereka miliki kepada The Fed untuk di tukar dengan kertas yang tidak ada nilainya sama sekali....
Hal ini sebenarnya merupakan pelanggaran terhadap HAM tow.....
Bayangpun... masa punya emas kok dianggap kriminal.... #%@!!?
Praktis.... setelah seluruh emas diserahkan kepada The Fed, maka tidak ada lagi Masyarakat US yang melakukan transaksi menggunakan emas, baik dalam bentuk sertifikat ataupun koin emas secara langsung.... Semua transaksi dilakukan dengan nota federal reserve yang tidak bisa ditukar dengan emas lagi...
Kemudian, pada tanggal 30 Januari 1934, dibuatlah “Gold Reserve Act”. Dan berdasarkan UU tersebut, maka seluruh emas akan disimpan di Perbendaharaan negara dan harga emas dinaikkan dari $20 per ounce menjadi $35 per ounce. Dengan perubahan harga ini, seolah2 seluruh kertas dollar yang dicetak oleh The Fed dibackup emas lagi dengan nilai $35 per ounce...
Larangan kepemilikan emas kepada penduduk US ini terus berlangsung, hingga akhirnya Presiden Gerald Ford mengeluarkan Executive Order 11825 pada 31 Desember 1974, yang menghapus larangan tersebut. Sejak saat itu emas mulai menjadi komoditas yang boleh diperjual belikan lagi, sehingga pada tahun 1975 penduduk US mulai bebas memiliki & melakukan jual beli emas. Namun, sistem keuangan sudah benar2 terlepas dari emas... Mata uang kertas, bukan lagi nota atas emas...
Pada dasarnya penciptaan dollar, Rupiah, maupun seluruh mata uang yang ada di dunia saat ini, sama persis, yaitu berdasarkan sistem riba uang hutang perbankan... Maka disini kita hanya akan membahas skema penciptaan Rupiah saja... Skema tersebut dapat anda pahami pada pembahasan Rupiah nanti... :-)
BRETTON WOODS SYSTEM
Saat terjadi perang dunia I (1914 – 1918), maka penukaran mata uang kertas dollar dengan emas dihentikan. Dan selama perang terjadi, sekitar 4 tahun pertama US tidak terlibat dalam peperangan, hingga 6 bulan terakhir.
Negara2 Eropa yang berperang melakukan wamil, sehingga para pemuda & petaninya menjadi tentara. Pabrik2 yang tadinya membuat barang2 konsumsi seperti peralatan rumah tangga, mobil, dll... sekarang membuat peralatan perang seperti peluru, senjata, tank, dll...
Jadi perekomian & sumber daya negara 2 tersebut hanya ditujukan untuk peperangan, sehingga barang2 konsumsi & bahan makanan harus diimpor dari US dan dibayar dengan emas... Karena waktu itu alat tukar dalam perdagangan internasional adalah emas, bukan sertifikat atas emas... Tidak ada negara yang mau menerima kertas dari negara lain... :-)
Lalu, saat terjadi perang dunia II (1939 – 1945), US pun tidak punya kepentingan terhadap perang tersebut hingga terjadinya penyerangan Pearl Harbor di akhir tahun 1941. Dan Lagi, negara2 Eropa yang berperang membeli barang2 konsumsi dan bahan makanan dari US lalu membayarnya dengan emas...
Menjelang akhir PD II, US memiliki sekitar 2/3 emas yang ada di dunia. 1/3 sisanya tersebar di berbagai negara di dunia ini. Sedang Eropa justru semakin kehabisan emas...
Kelihatannya, hasil akhir dari 2 perang dunia tersebut sama dengan hasil dari great depression & executive order 6102. Yaitu, terkumpulnya emas yang ada di Eropa kepada The Fed....
Menurut anda, apakah itu suatu kebetulan saja.... ???
Pada akhir2 masa PD II, Eropa sudah benar2 kehabisan emas..., maka sistem keuangan di Eropa sudah tidak dapat berjalan dengan baik bahkan akan runtuh. Karena negara2 Eropa sudah tidak mempunyai emas untuk digunakan sebagai alat tukar secara langsung ataupun sebagai backup agar bisa mencetak mata uang kertas....
Maka pada tahun 1944, 730 delegasi dari 44 negara, termasuk negara2 yang terlibat perang, berkumpul di Mount Washington Hotel di Bretton Woods, New Hampshire, Amerika Serikat, untuk suatu konferensi yang disebut “United Nations Monetary and Financial Conference” yang juga dikenal sebagai “Bretton Woods Conferrence”. Para delegasi membahas sistem keuangan global dari tanggal 1 - 22 Juli 1944, lalu menandatangani hasil akhir Konferensi.
Hasil dari konferensi ini dikenal dengan istilah “Bretton Woods System”... Berikut beberapa hasil Konferensi tersebut....
a. Karena US memiliki cadangan emas paling besar, maka setiap mata uang di dunia ini, akan dibackup dengan US dollar, dan US dollar akan dibackup emas dengan nilai $35 per ounce. Sehingga nilai mata uang negara lain terhadap US dollar & emas adalah tetap.
b. Agar sistem keuangan Eropa tidak runtuh, maka US dollar dihutangkan ke Eropa, sehingga Eropa dibanjiri dengan US dollar.
c. Untuk melancarkan proses hutang tersebut, maka dibentuk IMF (International Monetary Fund) dan IBRD (International Bank for Reconstruction and Development) yang kemudian menjadi World Bank.
Benar2 suatu cara yang mengagumkan untuk memonopoli sistem keuangan global... :-)
Maka, jika negara lain ingin mencetak mata uang, mereka harus mempunyai emas atau US dollar di Bank Sentral mereka, sebagai backup atas mata uang yang mereka cetak... Ingat, mata uang sebenarnya adalah sertifitkat atas emas.... Namun dalam sistem Bretton Woods, mata uang negara lain adalah sertifikat atas emas atau sertifikat atas US dollar....
Negara lain boleh menukarkan dollar yang dimiliki dengan emas kepada The Fed. Namun hanya Bank Sentral negara lain yang boleh menukarkan US dollar yang dimilikinya dengan emas kepada The Fed, bukan perorangan atau perusahaan. Sehingga sistem keuangan global yang tadinya menggunakan “standar emas”, sekarang menggunakan “Bretton Woods System”....
Bretton Woods system mampu memberikan kepercayaan Masyarakat dunia kepada seluruh mata uang yang ada. Dan memberikan kestabilan pada dunia, karena memancang setiap mata uang dengan emas melalui US dollar. Tidak ada FOREX...!!! Nilai tukar mata uang relatif tetap selama bertahun-tahun. Sehingga perdagangan dunia menjadi lancar.
SCAM ALA THE FEDERAL RESERVE BANK
Pada masa Bretton Woods System, Pemerintah US dibawah kendali The Fed, menggelontorkan kertas dollar secara besar2an untuk membiayai perang Korea, perang Vietnam, & Johnson Great Society Program.
Karena The Fed mencetak kertas dollar tanpa mempedulikan emas yang dimiliki lagi untuk membiayai beberapa perang yang dilakukannya. Maka US dollar tersebar ke seluruh penjuru dunia, dan jauh lebih banyak kertas dollar dibandingkan emas yang dimiliki.
Dengan cara seperti itulah US mampu membiayai berbagai perang & operasi militer yang mereka lakukan hingga hari ini... Bagaimana tidak, mereka tinggal print kertas dollar sebanyak yang mereka mau, lalu mereka gunakan untuk membeli & mengimpor berbagai barang untuk keperluan perang... Jadi, kekuatan utama bukanlah pada kekuatan militer.... tapi pada kendali sistem keuangan global....
Kemudian, pada awal tahun 60an, Presiden Prancis, Charles De Gaulle menyadari bahwa US tidak mungkin punya emas sebanyak itu untuk membackup seluruh dollarnya. Lalu Prancis mulai menukarkan kertas US dollar yang dimiliki dengan emas, dan hal ini diikuti oleh negara2 lain...
Terhitung sejak 1959 – 1971, US kehilangan sekitar 50% emas yang dimilikinya. Dan memiliki sekitar 12 kali lipat kertas dollar dibandingkan emas yang membackup nya.
US sebagai Bank Sentral dunia mengalami kebangkrutan. Dan jika penukaran dollar dengan emas tersebut diteruskan, maka sistem keuangan dunia akan runtuh... Karena pada saat ada negara yang ingin menukarkan dollarnya dengan emas, sedangkan US sudah kehabisan emas, maka Masyarakat dunia tidak akan percaya lagi terhadap US dollar serta tidak mau menggunakannya sebagai alat tukar... Begitu pula dengan seluruh mata uang yang lainnya, karena mata uang negara lain sebagian besar di backup dengan US dollar....
Inilah SCAM kelas dunia ala The Federal Reserve Bank.....
Untuk mengatasi SCAM tersebut, maka pada 15 Agustus 1971, Presiden Richard Nixon secara sepihak mengakhiri Bretton Woods System dengan menyatakan bahwa US dollar tidak bisa ditukar dengan emas lagi. Hal ini dikenal dengan istilah “Nixon Shock”...
Jika anda ingin mengetahui isi Nixon Shock selengkapnya, silahkan tengok DISINI.
Sejak tahun 1971 itulah berlaku sistem keuangan global yang berdasarkan US dollar..., dikarenakan US dollar masih menjadi mata uang global yang tersebar di berbagai negara... Namun sudah tidak ada satupun mata uang di dunia ini yang merupakan sertifikat atas emas....
Sistem keuangan global yang berdasarkan US dollar yang kita pakai hingga hari ini sebenarnya merupakan sistem yang tidak disengaja...!!! Karena sebenarnya, Nixon Shock hanya menyatakan bahwa dollar tidak bisa ditukar dengan emas untuk sementara waktu hingga kondisi stabil. Namun karena tidak ada protes dari Masyarakat & negara2 lain, maka hal itu terus berjalan hingga hari ini....
Mengapa Masyarakat tidak protes...?
Karena informasi waktu itu masih berjalan dengan lambat, sehingga hanya sedikit Masyarakat yang mengetahuinya. Jika hal itu terjadi di jaman internet ini, pasti akan ada reaksi besar dari Masyarakat dunia..., Masyarakat pasti tidak percaya lagi dan sudah tidak mau lagi bertransaksi dengan seluruh mata uang kertas yang ada... Dan hal itu bisa menyebabkan perekonomian dunia macet total & mungkin timbul kekacauan dimana-mana... hingga akhirnya Masyarakat akan bertransaksi menggunakan logam mulia lagi...
Mengapa Pemerintah negara2 lain tidak protes...?
Karena hal ini juga menguntungkan para penguasa negara lain, mereka juga bisa mencetak mata uang kertas tanpa batas... ha ha ha.... :-)
Kertas tanpa nilai intrinsik dan tidak dibackup emas yang “dipaksakan” oleh Pemerintah sebagai alat pembayaran yang syah inilah yang disebut sebagai “FIAT MONEY”, yang kita gunakan untuk transaksi saat ini.
Sejak Nixon Shock inilah seluruh mata uang yang ada di dunia menjadi FIAT MONEY secara bersamaan... Suatu hal yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah sistem keuangan dunia selama ribuan tahun...
Karena seluruh mata uang di dunia menjadi fiat money yang tidak dibackup dengan emas lagi, maka nilai tukarnya bisa dipermainkan berdasarkan “demand & suply” serta spekulasi.... Muncullah FOREX, yang sebenarnya hanyalah “ekonomi perjudian”..., hanya bertaruh angka untuk memperoleh angka yang lebih tinggi. Tidak ada kegiatan produktif sama sekali... Namun ternyata, justru “ekonomi produktif” bergantung pada “ekonomi perjudian” ini.... O M G ...!!!
Dan pada kertas US dollar saat ini kita hanya bisa melihat tulisan berikut ini....
“Federal Reserve Note. The United States of America. This note is legal tender for all debts, public and private.”
“Nota Federal Reserve. Amerika Serikat. Nota ini adalah alat pembayaran yang sah untuk semua hutang, pemerintah dan swasta.”
Agar
Masyarakat semakin percaya kepada kertas dollar ini, maka selalu diberi
gambar pahlawan & tulisan yang berkesan religius... “IN GOD WE
TRUST”....
Sumber : http://bukumonyet.blogspot.com ( dalam rangka menyebarkan kebenaran )
Mengungkap Sejarah Kematian Soekarno
Mengungkap Sejarah Kematian Soekarno
“Kematian Bung Karno sengaja diatur terjadi pada 1970, agar Pemilu
Indonesia di 1971 yang merupakan pemilu pertama yang digelar
pemerintahan Orde Baru, dapat terlaksana. Pelaksanaan Pemilu 1971,
secara politis tidak terkendala.” (Ratna Sari Dewi Soekarno a.k.a. Naoko
Nemoto)
Ratna Sari Dewi Soekarno, sudah lama tidak terdengar. Salah satu hal
menarik dari wanita asal Jepang itu, setiap kehadirannya di Jakarta
selalu menciptakan berita.
Kalau bukan soal kecantikan, yah pernyataannya. Dewi saat ini sudah
berusia 72 tahun, lahir 6 Februari 1940. Tapi penampilannya belum
seperti nenek-nenek.
Ia masih berdandan seperti wanita berusia 40-an tahun atau setengah
abad. Dandanannya masih tetap trendy dan sisa kecantikannya belum
hilang.
Ketika demam Soekarno kembali muncul di Indonesia pada 1988 Dewi Soekarno pernah membuat pernyataan yang cukup mengejutkan.
Menurut dia, suaminya, Soekarno (Bung Karno) yang juga Proklamator RI, meninggal secara tidak wajar.
Kata wanita asal Jepang yang bernama asli Naoko Nemoto itu, kematian
Bung Karno sengaja diatur terjadi pada 1970, agar Pemilu Indonesia di
1971 yang merupakan pemilu pertama yang digelar pemerintahan Orde Baru,
dapat terlaksana. Pelaksanaan Pemilu 1971, secara politis tidak
terkendala.
Dewi menjelaskan, akan sangat janggal bagi penglihatan dunia
internasional jika Orde Baru yang dipimpin Presiden Soeharto menggelar
Pemilu di 1971.
Sebab pada saat itu, Indonesia tengah memiliki Presiden Kembar: Soekarno
(de jure) dan Soeharto (de facto). Oleh karena itu sebelum Pemilu 1971,
Soekarno harus disingkirkan (dilenyapkan).
Soeharto dilantik menjadi presiden setelah mengeluarkan Supersemar ke presiden Sukarno
Pernyataan Dewi itu merupakan salah satu penggalan dari wawancaranya
dengan Tabloid Detak. Media yang dikelolah Eros Djarot, sutradara film
yang dikenal dekat dengan puteri Bung Karno, Megawati pada saat itu,
tidak berusia panjang.
Tabloid yang diterbitkan dari Gedung Prioritas, Jl.Gondangdia Lama,
Jakarta, tempat Surya Paloh menerbitkan harian Prioritas dan majalah
Vista ketika itu, kemudian menghentikan penerbitannya dan sebagian
krunya lalu meluncurkan media internet Detik Dotkom.
Dewi Sukarno a.k.a. Madame Syuga saat muda
Pernyataan Dewi tersebut tidak berhenti di situ. Ia menuduh,
sebelum meninggal, rezim militer sengaja mengisolasi Soekarno di Wisma
Yaso, sekarang Museum Mandala di Jl Gatot Subroto, Jakarta.
Pengucilan dimaksudkan agar suaminya itu mengalami kehidupan yang stress.
Setelah itu ada alasan untuk membawa Bung Karno ke rumah sakit.
Tapi Dewi yang saat Bung Karno menjalani kehidupan sebagai tahanan rumah
sedang mengasingkan diri di Paris, Prancis mengaku, mendapatkan
informasi tentang keadaan Bung Karno setelah ia mewawancarai para
pembantu yang merawat almarhum.
“Bapak (Soekarno) meronta dan berteriak-teriak bahwa dia tidak sakit,
ketika sejumlah dokter yang dikawal militer menjemputnya untuk dibawa ke
rumah sakit,” berkata Dewi kepada Tabloid Detak.
Pernyataan Dewi itu secara resmi tidak perah dibenarkan ataupun dibantah
oleh pemerintahan Orde Baru. Namun isunya kemudian tenggelam dan
dilupakan orang begitu saja.
Tapi boleh jadi akuntabilitas Dewi sebagai sumber berita melemah, sebab prilaku Dewi di masyarakat pun, banyak yang tidak patut.
Di 1992, Dewi dilaporkan pernah berkelahi di sebuah pesta dengan anak bekas Presiden Filipina, Minnie Osmena.
Dewi melempar wajah sosialita yang tinggal di Amerika Serikat itu dengan
gelas anggur menyebabkan wajah wanita asal Filipina itu harus mendapat
jahitan pengobatan. Dewi sendiri harus meringkuk di penjara California
selama 37 hari.
Tidak lama berselang, pada 1994 Dewi meluncurkan sebuah buku yang
berisikan foto-foto tubuhnya yang tidak dibalut oleh sehelai benangpun.
Juga ada bagian-bagian yang diberi gambar tatoo.
Buku yang diberi judul Madame De Syuga itu seperti melunturkan reputasinya sebagai isteri Proklamator RI.
Walaupun buku itu dilarang beredar di Indonesia, tetapi gara-gara
sebagian isinya dikutip majalah What’s On Jakarta pengutipan itu
mengakibatkan citra Dewi di Indonesia menjadi kurang baik.
Dewi sendiri berdalih bahwa bukunya tidak berisikan gambar ****o,
melainkan sekadar menggambarkan bahwa wanita yang sudah berusia hampir
setengah abad pun masih bisa memiliki tubuh yang indah, sexy dan
menarik.
Namun dalihnya tak bisa menghapus kesan negatif tentang dirinya.
Pada 2001, saat Megawati Soekarnoputri, anak tirinya, baru saja menjadi
Presiden RI, Dewi berkomentar singkat “Saya kira, Megawati secara
berangsur melakukan apa yang bisa dia lakukan,” katanya.
“Hanya saja memang tidak mudah bagi seorang wanita untuk menjadi
Presiden di negara yang mayoritas penduduknya pemeluk agama Islam”.
Pernyataan Dewi tersebut sulit ditafsirkan apakah ia mendukung atau
meremehkan kemampuan Megawati selaku Presiden RI atau bagaimana?
Sulit ditafsirkan karena dari bahasa tubuhnya, di sisi lain, putri
tunggal kesayangannya Kartika Soekarno, sangat lengket dengan keluarga
Teuku Umar (Mega-Taufiq). Kedekatan Kartika dengan keluarga Teuku Umar
terlihat dari beberapa peristiwa.
Sutan Sjahrir, Sukarno dan Hatta
Kartika ikut serta dalam rombongan Presiden Megawati yang melakukan lawatan ke luar negeri.
Kartika selalu bersama Puan Maharani, putri Mega dan Taufiq.
Mereka duduk di kabin kepresidenan. Terpisah dari kabin kelas bisnis
yang diduduki rombongan Menteri, Anggota DPR dan para Pemimpin Redaksi.
Pada 2007, ketika Mega sudah menjadi mantan Presiden dan Kartika menikah di Belanda, Megawati secara khusus diundang.
Tapi yang mengudang Mega bukan Dewi sebagai orangtua. Melainkan Kartika
dan suaminya. Dewi sendiri saat ini menetap di kawasan Shibuya, Tokyo,
Jepang. Kalau sedang berada di Jakarta, jarang sekali atau bahkan tidak
pernah nampak berkumpul dengan keluarga Soekarno.
Tapi sekalipun begitu bukan Dewi Soekarno, kalau kehadirannya tanpa
berkumpul dengan keluarga Soekarno, lalu berlalu tanpa pemberitaan media
massa.
Sukarno speech
Dewi seakan punya kiat, setiap kali berada di Jakarta akan selalu menarik media untuk meliput atau mewawancarainya.
Dewi seperti punya Public Relations Officer Profesional yang pintar
mengatur acaranya di Jakarta agar tidak dilewatkan oleh media begitu
saja. Pada hari Minggu 13 Mei 2012 pukul 06:30, Dewi muncul di program
TalkIndonesia, Metro TV
Dalam acara berbahasa Inggris yang dipandu Dalton Tanonaka, bekas
presenter CNN tersebut, Dewi diajak berbicara tentang bagaimana
seharusnya seorang Presiden RI berperan atau berprilaku.
Dalton, warga Amerika keturunan Jepang itu juga menghadirkan Ayu
Saraswati, seorang artis yang diberi label sebagai keponakan Prabowo
Subianto, sosok yang mengklaim sebagai pengagum Soekarno sekaligus salah
seorang kontender dalam Pilpres 2014.
Saat talk show berlangsung dan muncul gambar Soekarno yang disusul
Presiden SBY, terdapat sejumah pernyataan yang membandingkan era
sekarang dengan masa kepemimpinan Soekarno.
“Indonesia secara ekonomi masih tergolong negara miskin. Tapi di era
Soekarno, Indonesia disegani oleh bangsa-bangsa lain.” jelasnya.
Di era itu, kalau Presiden berbicara, rakyat mendengar apa yang dikatakan oleh pemimpinnya. Sekarang tidak !” Dewi menambahkan.
Dewi melalui di stasiun TV milik Surya Paloh, yang isterinya blasteran Jepang itu, seakan menyindir Presiden SBY dan kepemimpinanya.
***
Dalam sebuah surat semi puisi yang ditulis Bung Karno tanggal 6 Juni
1962, salah satu bagiannya yang sangat lembut, romantis, sekaligus
menggemparkan berbunyi:
“Kalau aku mati, kuburlah aku di bawah pohon yang rindang. Aku mempunyai
seorang istri, yang aku cintai dengan segenap jiwaku. Namanya Ratna
Sari Dewi. Kalau ia meninggal kuburlah ia dalam kuburku. Aku menghendaki
ia selalu bersama aku.”
di copy dari my special thanks to || http://forum.viva.co.id ||
Menjelang Wafatnya Soekarno
Menjelang Wafatnya Soekarno
Berkas
yang Hilang
JAKARTA
– Sembilan buku besar tertumpuk rapih di salah satu ruangan di rumah Rachmawati
Soekarnoputri, Jl. Jati Padang Raya No. 54 A, Pejaten, Jakarta Selatan. Buku
bertuliskan tangan itu berisi medical record (catatan medis) mantan Presiden
Soekarno selama sakit di Wisma Yaso, Jakarta. Ada pula tujuh lembar kertas tua
yang warnanya sudah memudar kecokelatan. Ini juga menjadi bukti riwayat
penyakit Bung Karno. Kopnya bertuliskan Institut Pertanian Bogor, Fakultas
Kedokteran Hewan Bagian Bakteriologi, Djl. Kartini 14, telpon 354, Bogor. Tapi
yang lebih membuat dahi ini berkernyit keras, nama pasien disamarkan. Misalnya,
ada yang tertera namanya Taufan (salah seorang putra Soekarno).
Menguak peristiwa yang terjadi tahun 1965-1970 itu memang tidak mudah. Pada masa lalu membicarakan masalah ini secara terbuka menjadi hal tabu. Maka tak heran jika sekarang banyak orang, terutama generasi muda, tak mengetahui kebenaran sejarah tersebut. Namun kini, ketika semua mata dan seluruh perhatian tertumpah di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) sehubungan dengan sakitnya mantan Presiden Soeharto sejak 4 Januari 2008, rasa ingin tahu tentang masa lalu pun kembali mengusik. Itu semata-mata karena Soeharto dan Soekarno sama-sama mantan kepala negara. Adalah Rachmawati Soekarnoputri, putri ketiga Soekarno, yang sangat ingin menyerahkan catatan medis ayahnya kepada pemerintah. "Ini kalau pemerintah butuh data-data pendukung dan ingin melihat dari segi kebenaran, bukan hanya cerita fiktif," tutur Rachmawati kepada SH di kediamannya, Sabtu (19/1) sore. Maklum, seorang mantan menteri Orde Baru pernah berkomentar bahwa perlakuan terhadap Soekarno ketika sakit tidak sekejam itu. "Saya tak mau gegabah.
Ini bukan make up story, karena Kartono Mohamad saja (saat itu Ketua Ikatan Dokter Indonesia/IDI-red), mengatakan perawatan terhadap Bung Karno seperti perawatan terhadap keluarga sangat miskin," kata Rachmawati.
Di sore hari itu, Rachmawati tidak sanggup bercerita banyak. Ia hanya tersedu sedan, hal itu sudah menggambarkan betapa getir kenangan yang dialaminya. Tetapi sebuah artikel yang pernahdimuat SH pada 15 Mei 2006, memberikan gambaran lebih lengkap. "Seorang perempuan muncul di Kantor IDI di Jakarta, awal 1990-an," demikian kalimat pertama artikel tersebut. Perempuan itu ingin bertemu Kartono Mohamad untuk menyerahkan 10 bundel buku berisi catatan para perawat jaga Soekarno. Namun jauh sebelum pertemuan itu, Kartono bertemu Wu Jie Ping, dokter yang pernah merawat Soekarno di Hong Kong. Wu mengungkapkan bahwa Soekarno "hanya" mengalami stroke ringan akibat penyempitan sesaat di pembuluh darah otak saat diberitakan sakit pada awal Agustus 1965, dan sama sekali tidak mengalami koma seperti isu yang beredar. Ini menepis spekulasi bahwa Soekarno tidak akan mampu menyampaikan pidato kenegaraan pada peringatan hari proklamasi 17 Agustus 1965. Dan nyatanya, Soekarno tetap hadir pada peringatan detik-detik proklamasi 17 Agustus itu di Istana Merdeka, lengkap dengan tongkat komandonya.
Diperiksa Dokter Hewan
Setelah kembali lagi ke Jakarta, Kartono menemui Mahar Mardjono, dokter yang tahu banyak soal stroke.Rupanya Kartono tak hanya bercerita soal stroke, tapi juga rentetan kejadian yang dengan sengaja menelantarkan Soekarno. Maka bundel buku yang dibawa perempuan itu semakin menguatkan kegelisahan Kartono.
Namun Indonesia di awal 1990-an, kebenaran hanya boleh ditentukan oleh penguasa. Maka bundel buku itu hanya teronggok di meja kerja Kartono selama bertahun-tahun.
Menguak peristiwa yang terjadi tahun 1965-1970 itu memang tidak mudah. Pada masa lalu membicarakan masalah ini secara terbuka menjadi hal tabu. Maka tak heran jika sekarang banyak orang, terutama generasi muda, tak mengetahui kebenaran sejarah tersebut. Namun kini, ketika semua mata dan seluruh perhatian tertumpah di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) sehubungan dengan sakitnya mantan Presiden Soeharto sejak 4 Januari 2008, rasa ingin tahu tentang masa lalu pun kembali mengusik. Itu semata-mata karena Soeharto dan Soekarno sama-sama mantan kepala negara. Adalah Rachmawati Soekarnoputri, putri ketiga Soekarno, yang sangat ingin menyerahkan catatan medis ayahnya kepada pemerintah. "Ini kalau pemerintah butuh data-data pendukung dan ingin melihat dari segi kebenaran, bukan hanya cerita fiktif," tutur Rachmawati kepada SH di kediamannya, Sabtu (19/1) sore. Maklum, seorang mantan menteri Orde Baru pernah berkomentar bahwa perlakuan terhadap Soekarno ketika sakit tidak sekejam itu. "Saya tak mau gegabah.
Ini bukan make up story, karena Kartono Mohamad saja (saat itu Ketua Ikatan Dokter Indonesia/IDI-red), mengatakan perawatan terhadap Bung Karno seperti perawatan terhadap keluarga sangat miskin," kata Rachmawati.
Di sore hari itu, Rachmawati tidak sanggup bercerita banyak. Ia hanya tersedu sedan, hal itu sudah menggambarkan betapa getir kenangan yang dialaminya. Tetapi sebuah artikel yang pernahdimuat SH pada 15 Mei 2006, memberikan gambaran lebih lengkap. "Seorang perempuan muncul di Kantor IDI di Jakarta, awal 1990-an," demikian kalimat pertama artikel tersebut. Perempuan itu ingin bertemu Kartono Mohamad untuk menyerahkan 10 bundel buku berisi catatan para perawat jaga Soekarno. Namun jauh sebelum pertemuan itu, Kartono bertemu Wu Jie Ping, dokter yang pernah merawat Soekarno di Hong Kong. Wu mengungkapkan bahwa Soekarno "hanya" mengalami stroke ringan akibat penyempitan sesaat di pembuluh darah otak saat diberitakan sakit pada awal Agustus 1965, dan sama sekali tidak mengalami koma seperti isu yang beredar. Ini menepis spekulasi bahwa Soekarno tidak akan mampu menyampaikan pidato kenegaraan pada peringatan hari proklamasi 17 Agustus 1965. Dan nyatanya, Soekarno tetap hadir pada peringatan detik-detik proklamasi 17 Agustus itu di Istana Merdeka, lengkap dengan tongkat komandonya.
Diperiksa Dokter Hewan
Setelah kembali lagi ke Jakarta, Kartono menemui Mahar Mardjono, dokter yang tahu banyak soal stroke.Rupanya Kartono tak hanya bercerita soal stroke, tapi juga rentetan kejadian yang dengan sengaja menelantarkan Soekarno. Maka bundel buku yang dibawa perempuan itu semakin menguatkan kegelisahan Kartono.
Namun Indonesia di awal 1990-an, kebenaran hanya boleh ditentukan oleh penguasa. Maka bundel buku itu hanya teronggok di meja kerja Kartono selama bertahun-tahun.
Hingga
kemudian, krisis moneter meledak. Rakyat turun ke jalan dan Presiden Soeharto,
yang telah berkuasa selama 32 tahun, dipaksa meletakkan jabatan.
Indonesia
berubah wajah. Kartono pun teringat onggokan buku itu. Ia bergegas ke RSPAD,
rumah sakit yang mempekerjakan empat perawat di Wisma Yaso.Kartono berharap
dapat menemukan mereka, agar bangsa Indonesia mendapat cerita yang lengkap
tentang tahun-tahun terakhir Soekarno. Namun menemukan Dinah, Dasih, J. Sumiati,
dan Masnetty ternyata bukan hal mudah. Seorang di antara mereka meninggal,
sedangkan yang lain sudah pensiun. RSPAD pun mendadak tak memiliki file atau
berkas dari para perawat ini.
Kartono kehilangan jejak. Upayanya untuk mencari medical record Soekarno gagal. Pihak RSPAD mengatakan bahwa keluarga Soekarno telah membawanya. Ketika ini ditanyakan kepada Rachmawati, ia hanya geleng-geleng kepala. "Tidak, tidak," jawabnya lirih. Yang membuatnya semakin terenyuh, sebelum dibawa ke Jakarta, Soekarno ditangani oleh dokter Soerojo yang seorang dokter hewan. Jejak ini terlihat dari berkas berkop Institut Pertanian Bogor, Fakultas Kedokteran Hewan Bagian Bakteriologi.
Bahkan setelah dipindah ke RSPAD karena sakit ginjalnya semakin parah, upaya untuk melakukan cuci darah tidak dapat dilakukan dengan alasan RSPAD tidak mempunyai peralatan. Catatan medis juga menyebutkan obat yang diberikan hanya vitamin (B12, B kompleks, royal jelly) dan Duvadillan, obat untuk mengurangi penyempitan pembuluh darah perifer. Perihal tekanan darah tinggi yang juga disebutkan dalam catatan medis, juga menyisakan tanya pada diri Rachmawati.
Setiap kali menjenguk sang ayah dan mencicipi makanannya, masakan selalu terasa asin. "Saya kecewa dengan semua perawatan itu. Ini sama saja dengan membiarkan orang berlalu," lanjut Rachmawati.
Seorang mantan pejabat di era Presiden Soekarno membenarkan terjadinya fakta seputar masa sakit Soekarno yang tersia-sia. "Tidak seperti sekarang ini, perawatan terhadap Soeharto. Sangat berbeda, padahal seharusnya semua mantan presiden berhak dirawat secara all out dan diongkosi oleh negara," katanya.
Purnawirawan perwira tinggi militer itu juga mengungkapkan, perlakuan seragam terhadap Soekarno berasal dari sebuah instruksi. "Yang memberi instruksi ya orang yang sekarang sedang dirawat itu," katanya. Namun pria ini enggan dituliskan namanya. "Wah, kalau ditulis di koran saya pasti digangguin...," tuturnya dengan nada serius.
Kartono kehilangan jejak. Upayanya untuk mencari medical record Soekarno gagal. Pihak RSPAD mengatakan bahwa keluarga Soekarno telah membawanya. Ketika ini ditanyakan kepada Rachmawati, ia hanya geleng-geleng kepala. "Tidak, tidak," jawabnya lirih. Yang membuatnya semakin terenyuh, sebelum dibawa ke Jakarta, Soekarno ditangani oleh dokter Soerojo yang seorang dokter hewan. Jejak ini terlihat dari berkas berkop Institut Pertanian Bogor, Fakultas Kedokteran Hewan Bagian Bakteriologi.
Bahkan setelah dipindah ke RSPAD karena sakit ginjalnya semakin parah, upaya untuk melakukan cuci darah tidak dapat dilakukan dengan alasan RSPAD tidak mempunyai peralatan. Catatan medis juga menyebutkan obat yang diberikan hanya vitamin (B12, B kompleks, royal jelly) dan Duvadillan, obat untuk mengurangi penyempitan pembuluh darah perifer. Perihal tekanan darah tinggi yang juga disebutkan dalam catatan medis, juga menyisakan tanya pada diri Rachmawati.
Setiap kali menjenguk sang ayah dan mencicipi makanannya, masakan selalu terasa asin. "Saya kecewa dengan semua perawatan itu. Ini sama saja dengan membiarkan orang berlalu," lanjut Rachmawati.
Seorang mantan pejabat di era Presiden Soekarno membenarkan terjadinya fakta seputar masa sakit Soekarno yang tersia-sia. "Tidak seperti sekarang ini, perawatan terhadap Soeharto. Sangat berbeda, padahal seharusnya semua mantan presiden berhak dirawat secara all out dan diongkosi oleh negara," katanya.
Purnawirawan perwira tinggi militer itu juga mengungkapkan, perlakuan seragam terhadap Soekarno berasal dari sebuah instruksi. "Yang memberi instruksi ya orang yang sekarang sedang dirawat itu," katanya. Namun pria ini enggan dituliskan namanya. "Wah, kalau ditulis di koran saya pasti digangguin...," tuturnya dengan nada serius.
Menjelang
Wafatnya sang Proklamator (2-Habis) Mengistimewakan Soeharto, Menyia-nyiakan
Soekarno
JAKARTA – Selembar foto hitam putih menguak penderitaan Soekarno ketika tergolek sakit di Wisma Yaso, Jakarta, 15 hari sebelum ia wafat. Kedua pipinya terlihat bengkak, gejala fisik pasien gagal ginjal. Matanya sedikit terbuka, tapi tanpa ekspresi. Raut wajahnya menampak kepasrahan yang begitu dalam. Soekarno terlihat berbaring di atas sofa berukuran sempit dengan sebuah bantal. Kedua tangannya dicoba ditangkupkan. Siapa sangka, pria gagah inilah sang proklamator yang mengantarkan Negara Indonesia ke pintu kemerdekaan hingga detik ini.
Gambar ini dibuat secara diam-diam oleh Rachmawati Soekarnoputri bersama Guruh Soekarnoputra, 6 Juni 1970. Sebuah momentum bertepatan dengan hari ulang tahun Soekarno yang ke-69. ”Dik, ikut yuk, saya mau motret bapak,” tutur Rachmawati kepada adiknya, Guruh, kala itu. Rupanya foto tersebut kemudian dikirimkan Rachmawati ke Kantor Berita AP dan dimuat di Harian Sinar Harapan.
Maka gemparlah, dan Rachmawati diinterogasi oleh Corps Polisi Militer (CPM). Rachmawati pun bertanya, ”Mengapa dilarang memotret, memangnya status Bung Karno apa?” Tetapi tak pernah ada jawaban tentang apa status Soekarno, sampai detik ini. ”Jadi semua serbasumir. Tak ada kejelasan tentang status bapak sampai bapak meninggal,” kata Rachmawati kepada SH di kediamannya di Jl. Jati Padang Raya No. 54A, Pejaten, Jakarta Selatan, Sabtu (19/1) sore.
Di saat kondisi penyakit ayahnya semakin kritis dan putra-putri ingin membesuknya, mereka tetap harus melapor dulu ke Pomdam Jaya, sehingga tidak dapat menengok setiap hari. Wisma Yaso yang terletak di Jl. Gatot Subroto, Jakarta, itu padahal merupakan kediaman istri Soekarno, yakni Dewi Soekarno. Begitu pula Soekarno sendiri, dalam kondisi sakit masih tetap harus menjalani pemeriksaan oleh Kopkamtib tiga bulan sekali.
Situasi seperti itu semakin menambah kalut keluarga Soekarno, setelah sebelumnya didera cobaan bertubi-tubi. Pada pertengahan 1965, sebuah rumor mengabarkan Soekarno mengalami koma sehingga diperkirakan tidak bisa menyampaikan pidato kenegaraan pada peringatan Proklamasi 17 Agustus 1965. Tetapi nyatanya, Soekarno hadir pada peringatan detik-detik proklamasi tersebut di Istana Merdeka, lengkap dengan pakaian kebesaran dan tongkat komandonya.
Tahun berikutnya, setelah Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) diteken 11 Maret 1966, keluarga Soekarno mendapat kiriman radiogram pada tahun 1967, berupa perintah supaya mereka keluar dari Istana Bogor. Maka kemudian di tahun 1968, Soekarno pindah dari Istana Bogor ke Batu Tulis, masih di wilayah Bogor.
Ternyata hawa dingin di Bogor membuat penyakit rematik Bung Karno semakin parah. Saat itu Soekarno ditangani oleh dokter Soerojo, dokter hewan. Bukti ini dikuatkan dengan dokumen riwayat penyakit Bung Karno di atas tujuh lembar kertas tua yang warnanya sudah memudar kecokelatan. Kopnya bertuliskan Institut Pertanian Bogor, Fakultas Kedokteran Hewan Bagian Bakteriologi, Djl. Kartini 14, telpon 354, Bogor.
JAKARTA – Selembar foto hitam putih menguak penderitaan Soekarno ketika tergolek sakit di Wisma Yaso, Jakarta, 15 hari sebelum ia wafat. Kedua pipinya terlihat bengkak, gejala fisik pasien gagal ginjal. Matanya sedikit terbuka, tapi tanpa ekspresi. Raut wajahnya menampak kepasrahan yang begitu dalam. Soekarno terlihat berbaring di atas sofa berukuran sempit dengan sebuah bantal. Kedua tangannya dicoba ditangkupkan. Siapa sangka, pria gagah inilah sang proklamator yang mengantarkan Negara Indonesia ke pintu kemerdekaan hingga detik ini.
Gambar ini dibuat secara diam-diam oleh Rachmawati Soekarnoputri bersama Guruh Soekarnoputra, 6 Juni 1970. Sebuah momentum bertepatan dengan hari ulang tahun Soekarno yang ke-69. ”Dik, ikut yuk, saya mau motret bapak,” tutur Rachmawati kepada adiknya, Guruh, kala itu. Rupanya foto tersebut kemudian dikirimkan Rachmawati ke Kantor Berita AP dan dimuat di Harian Sinar Harapan.
Maka gemparlah, dan Rachmawati diinterogasi oleh Corps Polisi Militer (CPM). Rachmawati pun bertanya, ”Mengapa dilarang memotret, memangnya status Bung Karno apa?” Tetapi tak pernah ada jawaban tentang apa status Soekarno, sampai detik ini. ”Jadi semua serbasumir. Tak ada kejelasan tentang status bapak sampai bapak meninggal,” kata Rachmawati kepada SH di kediamannya di Jl. Jati Padang Raya No. 54A, Pejaten, Jakarta Selatan, Sabtu (19/1) sore.
Di saat kondisi penyakit ayahnya semakin kritis dan putra-putri ingin membesuknya, mereka tetap harus melapor dulu ke Pomdam Jaya, sehingga tidak dapat menengok setiap hari. Wisma Yaso yang terletak di Jl. Gatot Subroto, Jakarta, itu padahal merupakan kediaman istri Soekarno, yakni Dewi Soekarno. Begitu pula Soekarno sendiri, dalam kondisi sakit masih tetap harus menjalani pemeriksaan oleh Kopkamtib tiga bulan sekali.
Situasi seperti itu semakin menambah kalut keluarga Soekarno, setelah sebelumnya didera cobaan bertubi-tubi. Pada pertengahan 1965, sebuah rumor mengabarkan Soekarno mengalami koma sehingga diperkirakan tidak bisa menyampaikan pidato kenegaraan pada peringatan Proklamasi 17 Agustus 1965. Tetapi nyatanya, Soekarno hadir pada peringatan detik-detik proklamasi tersebut di Istana Merdeka, lengkap dengan pakaian kebesaran dan tongkat komandonya.
Tahun berikutnya, setelah Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) diteken 11 Maret 1966, keluarga Soekarno mendapat kiriman radiogram pada tahun 1967, berupa perintah supaya mereka keluar dari Istana Bogor. Maka kemudian di tahun 1968, Soekarno pindah dari Istana Bogor ke Batu Tulis, masih di wilayah Bogor.
Ternyata hawa dingin di Bogor membuat penyakit rematik Bung Karno semakin parah. Saat itu Soekarno ditangani oleh dokter Soerojo, dokter hewan. Bukti ini dikuatkan dengan dokumen riwayat penyakit Bung Karno di atas tujuh lembar kertas tua yang warnanya sudah memudar kecokelatan. Kopnya bertuliskan Institut Pertanian Bogor, Fakultas Kedokteran Hewan Bagian Bakteriologi, Djl. Kartini 14, telpon 354, Bogor.
Menurut
Rachmawati, penanganan dokter Soerojo saat itu pun hanya bersifat insidental.
Lantaran rasa sakit makin tak tertahankan, akhirnya Soekarno mengutus
Rachmawati untuk menyampaikan surat permohonan kepada Soeharto agar
diperbolehkan kembali ke Jakarta.
”Saya diterima Pak Harto di Cendana, menyampaikan permintaan agar bapak dipindah ke Jakarta. Saya harus menunggu jawabannya dua minggu, aduh…,” tutur Rachmawati tak habis pikir. Akhirnya, Soekarno dipindah ke Wisma Yaso di Jakarta, yang sekarang menjadi Museum Satria Mandala. Beberapa minggu kemudian dibentuklah tim dokter dengan ketua Mahar Mardjono. Tetapi karena Wisma Yaso hanya rumah biasa, tentu saja fasilitas medis yang tersedia sangat berbeda dengan jika dirawat di rumah sakit.
Tidak Cuci Darah
Hari-hari berikutnya, kondisi Soekarno menurun drastis. Seperti yang terdokumentasi dalam foto Rachmawati tersebut, pipi Soekarno sudah membengkak, pertanda mengalami gagal ginjal. Kondisi makin kritis. Hingga akhirnya pada 11 Juni 1970 mantan Presiden I RI itu dilarikan ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto.
”Saya diterima Pak Harto di Cendana, menyampaikan permintaan agar bapak dipindah ke Jakarta. Saya harus menunggu jawabannya dua minggu, aduh…,” tutur Rachmawati tak habis pikir. Akhirnya, Soekarno dipindah ke Wisma Yaso di Jakarta, yang sekarang menjadi Museum Satria Mandala. Beberapa minggu kemudian dibentuklah tim dokter dengan ketua Mahar Mardjono. Tetapi karena Wisma Yaso hanya rumah biasa, tentu saja fasilitas medis yang tersedia sangat berbeda dengan jika dirawat di rumah sakit.
Tidak Cuci Darah
Hari-hari berikutnya, kondisi Soekarno menurun drastis. Seperti yang terdokumentasi dalam foto Rachmawati tersebut, pipi Soekarno sudah membengkak, pertanda mengalami gagal ginjal. Kondisi makin kritis. Hingga akhirnya pada 11 Juni 1970 mantan Presiden I RI itu dilarikan ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto.
Rupanya pindah perawatan ke rumah sakit tidak seluruhnya menyelesaikan masalah. Perawatan yang diberikan tetap tidak maksimal dan peralatan medis seadanya. Pada saat dokter memastikan harus dilakukan cuci darah, upaya satu-satunya ini tidak dapat dilaksanakan.
Alasannya, RSPAD tidak memiliki peralatan untuk cuci darah. ”Ini sama saja membiarkan orang cepat berlalu...,” tutur Rachmawati. Begitu pula dengan obat-obatan, tidak tersedia di RSPAD sehingga putra-putri Soekarno membelinya sendiri di apotek di Kebayoran. ”Ada satu periode di mana saya tidak boleh menengok bapak,” ungkap Rachmawati. Dalam keadaan genting seperti itu, keluarga masih tetap tidak diizinkan tidur di rumah sakit untuk menunggui sang ayah. Mereka hanya boleh menunggu di dalam mobil di tempat parkir.
Tak ada pula teman-teman yang bisa menjenguknya, kecuali Mohammad Hatta. Rachmawati mengakui, selepas tahun 1965 memang terjadi de-Soekarno-isasi. Semua hal yang berbau Soekarno harus disingkirkan sejauh mungkin. Hingga akhirnya pada 21 Juni 1970, Soekarno wafat. Jenazahnya kemudian disemayamkan di Wisma Yaso dan dilepas oleh Presiden Soeharto untuk diterbangkan ke Blitar, Jawa Timur. Itulah kali pertama Soeharto melihat fisik Soekarno setelah disingkirkan dari Istana Kepresidenan. Yang menjadi inspektur upacara pada pemakaman itu Jenderal TNI M Panggabean, tanpa kehadiran Presiden Soeharto di Blitar.
Mengapa pusara mantan Presiden I RI itu berada di kompleks pemakaman Desa Bendogerit, Blitar? Lokasi itu dipilihkan oleh negara dengan alasan dekat dengan makam kedua orangtua Soekarno. Pihak keluarga sebenarnya mengajukan permintaan sesuai wasiat Soekarno, yaitu dimakamkan di Batu Tulis atau di lokasi lain di Bogor.
Juga
ketika gaung agar Tap MPR No. 11 Tahun 1998 tentang KKN mantan Presiden
Soeharto dikumandangkan kembali tatkala Soeharto sakit di Rumah Sakit Pusat
Pertamina (RSPP), Rachmawati meminta dicabutnya Tap MPRS No. XXXIII/1967. Tap
MPRS itu intinya adalah mencabut mandat MPRS dari Soekarno dan mengangkat
Soeharto
sebagai Pejabat Presiden. ”Secara pribadi saya berharap ada rehabilitasi. Dan Tap MPRS harus dicabut karena beban politik berbeda dengan beban pidana atau perdata,” lanjut Rachmawati. Putri ketiga Soekarno itu pun hanya geleng-geleng kepala, ketika mengetahui kondisi kesehatan Soeharto yang sedang dirawat di RSPP mulai membaik. Semua orang juga tahu, betapa luar biasa dan istimewanya fasilitas untuk Soeharto. Tetapi Rachmawati sama sekali tidak menaruh rasa dendam. Yang ia inginkan hanyalah, kebenaran sejarah.
sebagai Pejabat Presiden. ”Secara pribadi saya berharap ada rehabilitasi. Dan Tap MPRS harus dicabut karena beban politik berbeda dengan beban pidana atau perdata,” lanjut Rachmawati. Putri ketiga Soekarno itu pun hanya geleng-geleng kepala, ketika mengetahui kondisi kesehatan Soeharto yang sedang dirawat di RSPP mulai membaik. Semua orang juga tahu, betapa luar biasa dan istimewanya fasilitas untuk Soeharto. Tetapi Rachmawati sama sekali tidak menaruh rasa dendam. Yang ia inginkan hanyalah, kebenaran sejarah.
di copy dari my special thanks to || http://dewhira.blogspot.com ||
Langganan:
Postingan (Atom)